Minggu, 27 November 2011

Gelitik: Polusi Dusta


oleh Fuad Rumi pada 11 Januari 2010 jam 23:56

Satu hal yang membuat kehidupan manusia penuh dengan masalah pelik yaitu dusta. Dusta berseliweran lebih banyak dan lebih kacau dari lalu-lintas kendaraan. Akhirnya, manusia dimakan oleh dustanya sendiri.

Mungkin tidak ada manusia yang luput dari berbuat dusta, kecuali para nabi. Apalagi kalau orang berbuat jahat, pasti juga banyak berdusta, terutama untuk menutupi kejahatannya.

Koruptor pasti berdusta, mulutnya dan tingkah lakunya. Kalau ia terjerat hukum, lebih-lebih lagi, dustanya akan beranak-pinak. Orang yang berselingkuh juga pasti berdusta. Pasangan selingkuhnya dia dustai, pasangan hidupnya dia dustai, anak dan keluarganya dia dustai. Dan sejak dia berselingkuh, dustanya juga beranak-pinak melebihi anak-anaknya sendiri.

Politikus? Wah, untuk yang satu ini malah ada yang berkata kalau tidak bisa berdusta tidak bisa jadi politikus. Makanya, ketika ada yang mengatakan itulah politik, maksudnya jangan heran jika ada dusta di situ.

Walhasil dusta memang ada di mana-mana, mengepung kita. Dusta menjadi polusi kemanusiaan dan kebudayaan yang tiada taranya. Manusia dibuat bingung oleh dusta di mana-mana.

Ada pembeli berkata pada penjual, tolong dikurangi sedikit harganya, uang saya hanya sepuluh ribu. Penjual bilang, maaf tidak bisa, modalnya saja sudah dua belas ribu. Padahal dua-duanya dusta. Itu sedikit contoh interaksi dusta yang sudah umum dan dianggap lumrah. Itu semacam contoh dusta kecil yang sudah dimaklumi kebanyakan orang.

Kalau mau menyaksikan dusta besar dalam urusan besar, ikuti dan cermati saja kasus Centurygate yang sekarang ini sedang diselidiki oleh Pansus DPR. Saksikan bagaimana interogasi dilakukan oleh anggota Pansus dengan mereka yang dipanggil.

Pasti di sana dusta muncrat melebihi muncratnya ludah para pendusta ketika bicara. Ketika mereka berdusta, adakalanya kita ikut geram mendengarnya, terkadang juga malah geli. Kita geram jika ingat banyaknya uang rakyat yang ditelikung oleh dusta mereka. Kita jadi geli ketika orang-orang pintar itu menunjukkan gaya berlagak bodoh atau pilon. Beberapa di antara anggota pansus hampir-hampir tidak bisa menahan diri dan marah.

Kasus Century itu menjadi semakin pelik karena adakalanya dusta yang satu berbenturan dengan dusta yang lain dan pada kesempatan lain dusta yang satu berkolaborasi dengan dusta lainnya. Tak bisa tidak, dusta-dusta di balik kasus Century harus terungkap seterang-terangnya dan sejelas-jelasnya. Tapi mungkinkah? Mungkinkah dusta yang menjadi racun kasus tersebut bisa diungkap semuanya?

Harapan kita tentu harus bisa. Asal saja para anggota pansus mau sungguh-sungguh membongkarnya secara politis dan KPK mau dan berani memprosesnya hingga tuntas. Jangan sampai pansus juga justru menyimpan dusta tersendiri. Kalau itu yang terjadi, maka lengkaplah sudah jagad dusta negeri kita, membuat rakyat negeri ini sesak nafas. Sesak nafas bukan hanya karena penyakit, kemiskinan yang menghimpit dan polusi lingkungan fisik, tapi juga karena polusi dusta yang sudah melebihi ambang batas martabat kemanusiaan.

-----------------------------------------------------------------------------------------------
Terbit di Harian Fajar, 8-1-2010.
http://www.fajar.co.id/index.php?option=news&id=78293
http://www.facebook.com/note.php?note_id=284235852924