Minggu, 27 November 2011

Gelitik: Duit Korupsi Dianggap Rezeki

oleh Fuad Rumi | 02 Maret 2007

      Sinetron Kiamat Sudah Dekat, yang disenangi presiden kita, SBY, punya lagu yang cukup menarik, menggelitik dan mengena. Salah-satu kalimatnya jadi judul tulisan ini.
      Dunia kalau sudah tua, banyak tanda-tanda mulai terbaca, semua serba terbalik, begitu lagu itu dimulai. Lalu lanjutnya, aduh zaman kok jadi kayak gini, sibuk berebut bukan saling memberi, hasil mencuri dibilang prestasi, duit korupsi dianggap rezeki.
      Bagus sekali, lagu itu seharusnya menggelitik nurani kita. Sekarang, nilai memang tampak terbalik-balik. Yang benar disalahkan orang, yang salah dianggap benar dan banyak penganut dan pengamalnya.
      Mari kita cuplik saja, satu baris kalimat lagu itu, "duit korupsi dianggap rezeki". Memangnya rezeki itu apa sih ? apakah segala sesuatu yang diperoleh, yang dianggap menyenangkan hati adalah rezeki ? apakah setiap rupiah yang didapat, walaupun dari hasil korupsi, adalah rezeki.
       Padahal kalau kita dapat rezeki, kita dianjurkan bersyukur kepada Tuhan, sebab Dialah yang memberi rezeki. Tuhan itu Ar Razzaq, Yang Maha Memberi Rezeki. Karena itu, kalau kita dapat rezeki, kita harus mengucapkan alhamdulillah.
      Lalu saya teringat cerita seorang teman. Konon, ada orang yang menenggak minuman keras. Setelah dia minum, dia bersendawa. Spontan dari mulutnya terucap alhamdulillah. Sambil terkekeh teman tadi bilang, itu alhamdulillahnya salah tempat, menenggak munuman yang diharamkan (dilarang) Tuhan, lalu mengucapkan syukur kepada Tuhan.
      Belum mau berhenti melucu, sang teman bercerita lagi. Katanya ada yang lebih serem. Orang yang baru keluar dari kamar prostitusi, sambil mengipas-ngipas badannya yang berkeringat mengucapkan Alhamdulillah berkali-kali. Yang ini, sama saja, dan bahkan lebih serem dari cerita pertama tadi. Alhamdulillahnya salah tempat.
      Cerita tentang duit korupsi yang dianggap rezeki, sebenarnya tidak beda dengan dua cerita di atas. Duit korupsi yang haram, sama saja dengan minuman haram dan kenikmatan seks haram yang diperoleh dari pelacur. Masa sih menikmati dosa sambilberucap syukur kepada Tuhan ?
      Jadi, duit korupsi sudah jelas jawabnya, bukan rezeki. Rezeki itu dari Tuhan, barangnya halal dan diperoleh secara halal. Makanya, nyanyian Sinetron Kiamat Sudah Dekat, memang tepat sekali melantunkan keheranan, "aduh zaman kok jadi kayak gini, hasil mencuri dibilang prestasi, duit korupsi dianggap rezeki".
      Tapi begitulah zaman sekarang ini, selain nilai terbalik-balik, juga campur aduk. Lalu teman yang bercerita tadi menambah cerita lagi. Katanya, ada orang ikut pilkada kabupaten, duitnya banyak tapi sebagian besar hasil korupsi. Lalu duit korupsi digunakan untuk kegiatan kampanye, termasuk kegiatan zikir, baca doa,  pengajian, menyantuni ini dan itu, sumbang mesjid, panti asuhan dan sebagainya. Sesudah itu dia menang pilkada, lalu bikin syukuran lagi, baca doa lagi, dan korupsi lagi he he he.

      Terhadap kenyataan seperti itu, kita tidak bisa bilang apa-apa lagi. Paling-paling sebagai katarsis, kita ikut menyanyikan lagu Kiamat Sudah Dekat itu, "inikah tanda kiamat sudah dekat, tapi kenapa orang-orang tak banyak bertobat", lalu sambung saja dengan lagu Ebit G Ade, "mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang".



 --------------------------------------------------
http://www.mail-archive.com/media-dakwah@yahoogroups.com/msg11282.html