Minggu, 27 November 2011

Gelitik: Calon Istri dan Calon Pemimpin

oleh Fuad Rumi | pada 21 Januari 2011 | jam 18:51



Dalam buku Dr. Taufiq Pasiak, Unlimited Potency of the Brain, ada sebuah ilustrasi cerita menarik. Katanya, seorang kawannya yang juga dokter merasa sulit ketemu jodoh. Maka ia menggunakan jasa biro jodoh. Ia minta dicarikan calon istri yang memenuhi 3 syarat. Pertama, anggun di pesta. Kedua, genit di ranjang. Ketiga, hemat di dapur.

Dalam waktu tidak lama, biro jodoh sudah mengajukan beberapa calon, dari etnis berbeda-beda. Bahkan ada bule dari Jerman.

Singkat cerita, akhirnya pilihan jatuh juga pada salah-satu diantaranya. Biro jodoh akur dan menjamin bahwa calon yang dipilih pasti memiliki ketiga syarat yang sudah diajukan.

Sebulan kemudian mereka menikah, dan sesudahnya sang dokter mengajak istrinya ke kota, tempat dia ditugaskan. Istrinya dengan rela mengikuti suaminya. Tapi di luar dugaan biro jodoh yang pernah mengurusnya, pasangan suami-istri itu bercerai setelah enam bulan berumah tangga.

Apakah karena alasan tidak ada tanda-tanda bakal punya keturunan karena selama enam bulan berumah tangga istrinya belum hamil juga? Apakah karena istrinya tidak betah di kota lain? Apakah istrinya tidak memenuhi kriteria yang disyaratkan? Ternyata semua jawabnya bukan.

Sang suami kemudian buka kartu. Katanya, memang istrinya telah memiliki ketiga syarat yang dia ajukan. Tapi syaratnya salah tempat. Istrinya genit di pesta, anggun di dapur dan hemat di ranjang. He he he.

Taufiq Pasiak yang seorang dokter dan doktor neurosains kemudian berbicara panjang lebar tentang sifat-sifat seperti anggun, genit dan hemat tadi memiliki dasar biologi di otak manusia.

Tapi saya lain lagi. Cerita itu membawa saya melihat analogi kisah itu pada peristiwa yang lain. Kalau cerita tadi berkisah tentang seseorang (dokter) yang kecewa karena kriteria yang dia tetapkan untuk istrinya semula dia kira terpenuhi, ternyata tidak, maka bagaimana pula jika rakyat banyak mendapati pemimpin yang dipilihnya juga memiliki sifat-sifat yang salah tempat?

Misalnya rakyat mengajukan syarat seorang pemimpin yaitu takut kepada Tuhan, sayang kepada rakyat dan berani melawan koruptor. Lalu ada calon pemimpin berkampanye bisa memenuhi syarat tersebut kemudian rakyat percaya dan memilihnya. Tapi setelah sang pemimpin terpilih juga terjadi seperti istri dokter tadi. Memang semua syarat dia penuhi tapi salah tempat.

Sang pemimpin malah berani melawan Tuhan. Keputusan dan langkahnya banyak bertentangan dengan kehendak Tuhan. Misalnya, Tuhan menyuruh memelihara fakir miskin dan anak terlantar, malah yang dia pelihara adalah orang-orang yang menyebabkan fakir miskin semakin banyak.

Lalu sang pemimpin malah sayang kepada para koruptor. Koruptor bukan dilawan tapi dibiarkan leluasa bergerak, atau malah diberikan peluang. Koruptor bukan hanya dihukum ringan tapi juga ada yang diberi amnesti.
Lalu sang pemimpin takut kepada rakyat. Artinya takut kalau rakyat mengerahkan people power. Karena itu rakyat harus dibohongi dengan cerita keberhasilan macam-macam.

Dokter tadi sangat kecewa ketika istrinya ternyata salah memenuhi kriteria, karena itu dia menceraikan istrinya. Bagaimana pula rakyat yang akhirnya tahu, pemimpin yang dia pilih salah memenuhi kriteria? Silakan rakyat jawab sendiri.

--------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber:
Harian Fajar, Kolom Gelitik, Jumat 21 Januari 2011
http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150167238312925