Minggu, 27 November 2011

Gelitik: Cicak dan Nyamuk Antikorupsi

Oleh Fuad Rumi



Seekor cicak diam terpaku di dinding sebuah rumah. Beberapa nyamuk beterbangan tidak menggugah seleranya. Seekor nyamuk betina memberanikan diri semakin dekat sembari bertanya. “Hai cicak ganteng kenapa loyo sekali tampaknyan lapar ya?”
“Ya, saya lapar nih. Sudah lama belum makan,” jawab sang cicak.

“Hah? Bukankan di sekitarmu banyak nyamuk yang biasa kau mangsa? Apakah kamu sakit gigi atau kamu patah hati,” tanya nyamuk.
 

“Tidak, aku tidak sakit. Aku ragu-ragu memakan kamu.”
“Kenapa ragu cicak? Apa penyebabnyan aku tidak mengerti?”
“Baiklah nyamuk, aku buka rahasia. Aku ragu dalam tubuhmu mengalir darah koruptor. Aku tidak mau darahku bercampur unsur yang tidak halal,” kata cicak.

Singkat cerita nyamuk bertanya apa sebabnya. “Aku banyak belajar dari manusia soal halal dan haram,” kata cicak.
 

“Oh begitu itu sebabnya kau ragu aku baru saja memangsa darah koruptor. Tapi kamu nanti bisa mati kelaparan kalau begini,” kata nyamuk.
“Ah tidaklah. Aku tidak akan mati hanya karena tidak makan yang haram. Bukankah Tuhan sudah menjamin rezeki seluruh mahluknya,” kata sang cicak.
 

“Tapi bukankah hal haram dan halal itu hanya berlaku bagi manusia.?
“Benar. Tapi cobalah terbang berkeliling dan perhatikan manusia. Hukum halal haram sudah hampir mereka campakkan. Jadi mending prinsip halal dan haram kita yang pakai.”
 

“Benar juga katamu cicak. Aku juga mau ajak kawan kawanku tidak mengisap darah koruptor.”
“Baguslah nyamuk, mari kita menjadi lebih manusiawi. Biarlah manusia yang menjadi hewani hehehehehe,” ujar cicak. (Dikutip dari naskah gelitik fuad rumi di harian Fajar makassar)


---------------------------------------------------------------------------
Sumber:
Kompasiana | Opini, 22 July 2011| 09:24
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/07/22/cicak-dan-nyamuk-antikorupsi/