Sabtu, 16 Oktober 2010

Keutamaan Dzikir


Dzikir merupakan ibadah hati dan lisan, yang tidak mengenal batasan waktu. Bahkan Allah menyifati ulil albab, adalah mereka-mereka yang senantiasa menyebut Rabnya, baik dalam keadaan berdiri, duduk bahkan juga berbaring. Oleh karenanya dzikir bukan hanya ibadah yang bersifat lisaniah, namun juga qolbiah. Imam Nawawi menyatakan bahwa yang afdhal adalah dilakukan bersamaan di lisan dan di hati. Sekiranya pun harus salah satunya, maka dzikir hatilah yang lebih afdhal. Meskipun demikian, menghadirkan maknanya dalam hati, memahami maksudnya merupakan suatu hal yang harus diupayakan dalam dzikir. 

Imam Nawawi menyatakan: "Yang dimaksud dengan dzikir adalah menghadirkan hati.  Seyogyanya hal ini menjadi tujuan dzikir, hingga seseorang berusaha merealisasikannya dengan mentadabburi apa yang didzikirkan dan memahami makna yang dikandungnya.."

Dzikir adalah suatu hal yang paling indah dalam kehidupan fana ini. Oleh karenanya, sesungguhnya tidak ada alasan apapun, yang membolehkan seorang muslim meninggalkan dzikir. Justru semakin seorang muslim tenggelam dalam kelezatan dzikir, semakin pula ia rindu dan rindu pada Dzat yang di sebutnya dalam dzikirnya. Dan jika seorang hamba rindu pada Khaliq-nya, maka Sang Khaliq pun akan rindu padanya. Rasulullah SAW mengatakan, "Barangsiapa yang merindukan pertemuan dengan Allah, maka Allah pun merindukan pertemuan dengannya.

"Ya Allah, jadikanlah kami sebagai hamba-hamba-Mu
yang senantiasa Engkau rindukan... Amiiin."

Keutamaan Istighfar


"Mohon ampunlah kepada Rabb-mu, 
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. 
Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. 
Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, 
dan  mengadakan untukmu kebun-kebun 
dan mengadakan pula di dalamnya untukmu sungai-sungai."
(QS. Nuh: 10 - 12).

Dalam sebuah hadits disebutkan: "Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar untuk setiap kecemasan dan akan membukakan pintu keluar dari setiap kesempitan."

Istighfar merupakan permohonan ampunan dari manusia selaku hamba yang memiliki sifat ketergantungan kepada Allah, Zat yang telah menciptakan dirinya dan yang berkuasa menentukan bagaimana nasib dirinya sebagai makhluk Allah. Permohonan ampunan ini semata-mata ditujukan kepada Allah, tidak kepada yang lainnya; dan permohonan ampunan yang tumbuh dari hati nuraninya untuk mencapai hubungan yang bersih murni dengan Allah.

Istighfar merupakan jalan untuk bertobat (kembali), yaitu kembali mendekat serta menyerahkan diri kepada Allah dengan memurnikan ketaatan dan menjauhi maksiat (semua yang dilarang) sekuat kesanggupan yang ada, lahir dan bathin. Istighfar sebenarnya merupakan garis lurus dengan ketakwaan itu sendiri.
Tujuan Istighfar ialah membersihkan diri dari dosa-dosa, sehingga mendekatkan jarak hubungan dengan Allah. Sedangkan Takwa memiliki pengertian hubungan bersih murni dengan Allah, memelihara diri dari kemurkaan-Nya dengan jalan taat memenuhi perintah dan meninggalkan larangannya. Istighfar adalah sarana  untuk dapat kembali dekat (Qarib) dengan Allah. Kita dapat bermesraan dengan Allah melalui Istighfar.

Adapun manfaat dari Istighfar dalam kehidupan adalah sebagai berikut:
  1. Memperoleh Kenikmatan Hidup Secara Terus Menerus;
  2. Dibebaskan dari Perasaan Tertekan atau Kedukaan;
  3. Membukakan Jalan Keluar atas Kesulitan;
  4. Memudahkan Datangnya Rezeki;
  5. Mendatangkan Keselamatan;
  6. Menimbulkan Ketentraman Hati;
  7. Mendatangkan Ampunan Dosa;
  8. Menumbuhkan Sifat-sifat Keutamaan pada Seseorang;
  9. DIcintai Allah;
  10. Mendapat Rahmat Allah;
  11. Mendapat Hidayah Allah;
  12. Mendapat Pahala;
  13. Mencegah Berbuat Dosa;
  14. Keburukan/Dosa-dosa Masa Lalu Diganti Allah dengan Kebaikan;
  15. Diberi Kemakmuran dan Kekuatan; dan
  16. Meredam Murka Allah.
Nyatalah kini bahwa Istighfar yang tampaknya sepele bagi orang yang belum mengerti, tetapi sebenarnya besar sekali fadilah atau segi manfaat yang ditimbulkannya, bahkan fadilahnya itu hampir semua segi dalam kehidupan. Itu adalah efek Istighfar bagi kehidupan kita di dunia, sedangkan hikmah di akhirat tentulah lebih lagi.

Dalam hal ini Imam al-Ghazali, dalam kitab Taubat, mengatakan, "Bahkan, daun timbangan akan unggul berkat kebaikan-kebaikan kecil, sampai daun timbangan itu menjadi berat dan dapat mengangkat (mengalahkan) daun timbangan keburukan. Oleh sebab itu, amal yang kecil jangan dianggap sepele, sehingga Anda enggan melakukannya."

Imam al-Ghazali pernah mengatakan bahwa seseorang tidak akan siap menerima rahmat Allah sebelum ia mengamalkan ilmunya. Jadi seseorang yang mempunyai ilmu saja tanpa diamalkan, maka ilmu itu tidak memberi amnfaat apa-apa terhadapnya. Selain itu, ilmu itu sendiri tanpa disadarinya akan lenyap. Akan tetapi bila ilmu itu diamalkan, maka ilmu itu bukan saja akan semakin meresap mendarah daging dalam dirinya, tetapi lebih dari itu memberikan manfaat bagi kebaikannya. Kata al-Ghazali pula, "Janganlah engkau hidup sampai mengalami kemiskinan amal dan kehilangan kemauan bekerja, dan yakinlah bahwa ilmu semata-mata tanpa amal tidak akan menyelamatkan orang."

Demikian pula dengan Istighfar, setelah kita mengetahui keutamaan yang ada padanya, seyogyanyalah kita secara tekun dan sungguh-sungguh serta terus menerus mengamalkannya. Bukankah Rasulullah SAW sendiri beristighfar minimal 100 kali dalam sehari semalam, apalagi dengan ktia sebagai orang yang mengaku sebagai umat beliau Rasulullah Muhammad SAW.

Al-Ghazali berkata, "Amalkanlah apa yang telah engkau ketahui supaya terbuka bagimu jalan (rahasia ilmu yang bisa mengantarkan kepada kebaikan/kesuksesan) yang belum engkau ketahui.
 
Rasulullah Muhammad SAW senantiasa mengamalkan Sayyidul Istighfar sebagai berikut:


Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. tidak ada Tuhan kecuali Engkau. 
Engkau Penciptaku, dan aku (hanyalah) hamba-Mu 
yang tetap dalam kesetiaan dan (melaksanakan) janjiku menurut kesanggupanku. 
Aku kembali kepada-Mu dengan (mengakui) nikmat-Mu 
(dengan mengakui) dosa-dosaku, maka ampunilah aku.
Sesunggunghnya tak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau!


Semoga Allah SWT memberi taufik, hidayah dan pertolongan-Nya kepada kita dalam mengamalkan Istighfar. Laa haula wa la quwwata illa billaahi.*****




Senin, 11 Oktober 2010

Download Gratis

Maaf, sementara dalam proses penyuntingan...

SangHati berbagi file ebook, video, dan mp3 ceramah dan bimbingan tilawatil Qur'an yang dapat di download secara gratis. Silahkan klik langsung pada pilihan yang bergaris bawah.

SangHati ebook
SangHati Video + Film
SangHati MP3 audio:

H. Muammar ZA.mp3 Audio 





Jumat, 08 Oktober 2010

Ambil Madunya, Tapi Jangan Hancurkan Sarangnya!

Saudaraku... mari kita simak salah satu bagian dari Kitab La-Tahzan, sebuah karya besar Dr. 'Aidh al-Qarni yang sangat laris sejak cetakan pertamanya tahun 2001 dan mendapat sambutan luar biasa dari jutaan pembacanya. Kitab La-Tahzan memberikan pencerahan hati dan menawarkan terapi yang lebih dekat dengan Al-Qur'an dan Sunnah, ketimbang renungan-renungan reflektif semata.

Di manapun kelembutan itu berada, ia akan menghiasi tempat itu. Demikian halnya bila ia dicabut dari suatu tempat, ia akan mengotorinya. Kelembutan tutur kata, senyuman tulus di bibir, dan sapaan-sapaan hangat yang terpuji saat bersua merupakan hiasan-hiasan yang selalu dikenakan oleh orang-orang mulia.

Semua itu merupakan sifat seorang mukmin yang akan menjadikannya seperti seekor lebah; makan dari makanan yang baik dan menghasilkan madu yang baik. Dan bila hinggap pada setangkai bunga, ia tidak pernah merusaknya. Semua itu terjadi karena Allah menganugerahkan pada kelembutan sesuatu yang tidak Dia berikan kepada kekerasan.

Di antara manusia terdapat orang-orang "istimewa" yang membuat banyak kepala tunduk hormat menyambut kedatangannya, banyak massa berjubel ingin melihat mukanya, banyak hati bersimpati padanya dan banyak jiwa memujanya. Dan mereka itu tak lain adalah orang-orang yang banyak dicintai dan dibicarakan manusia dikarenakan kedermawanan dan kelobaannya, kejujurannya dalam berjual beli, dan keramahan dan sopan santunnya dalam bergaul.

Mencari banyak teman merupakan tuntunan dalam hidup yang selalu dicontohkan oleh orang-orang terhormat dikarenakan akhlak dan perilakunya yang terpuji. Mereka itulah orang-orang yang selalu berada di tengah-tengah kerumunan manusia dengan senyum yang merekah, keramahan yang menentramkan dan sopan santun yang menyejukkan. Dan karena itu, mereka selalu ditanyakan dan didoakan ketika tak terlihat.

Orang-orang yang bahagia memiliki tuntunan akhlak yang secara garis besar tercakup dalam slogan:

"Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik,
maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia."

(QS. Fushshilat: 34)

Begitulah, mereka dapat memupuskan rasa dengki dengan emosi yang terkendali, kesabaran yang menyejukkan, dan kemudahan memaafkan yang menentramkan. Mereka adalah orang-orang yang mudab melupakan kejahatan dan mengingat kebaikan orang lain. Karena itu, tatkala katakata
kotor dan keji terlontar untuk mereka, telinga mereka tidak pernah memerah dibuatnya. Bahkan mereka memandang kata-kata itu sebagai angin lalu yang tak akan pernah kembali.

Mereka itulah orang-orang yang selalu berada dalam kedamaian, orang-orang yang berada di sekitar mereka merasa aman, dan kaum muslimin yang bersama mereka pun merasa tenteram.


"Orang muslim adalah orang yang jika orang muslim lainnya tidak merasa terganggu oleh lisan dan tangannya. Sedangkan orang mukmin adalah orang yang membuat orang lain merasa aman terhadap darah dan hartanya."
(Al-Hadits),


"Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk menyambung tali silaturrahmi pada orang yang memutuskan silaturahmi denganku. Aku diperintahkan untuk mengampuni orang yang berlaku dzalim terhadapku dan memberi kepada orang yang tidak pemah memberi kepadaku."
(Al-Hadits)


"Dan, orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)."
(QS. Ali 'Imran: 134)

Sampaikan kabar gembira kepada mereka bahwa balasan Allah atas keteduhan, ketentraman, dan kedamaian mereka adalah akan disegerakan. Sampaikan pula sebuah kabar gembira kepada mereka bahwa mereka juga akan mendapatkan balasan besar di akhirat berupa surga-surga dan sungai-sungai yang indah di sisi Rabb mereka kelak. Yakni,


"Di tempat yang disenangi di sisi Rabb Yang Berkuasa."

(QS. Al-Qamar: 55)


Download File "Ambil Madunya, Tapi Jangan Hancurkan Sarangnya!" di sini

Kamis, 07 Oktober 2010

Man Jadda Wajada

Judul : Negeri Lima Menara
Penulis : Ahmad Fuadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2009
Jumlah Halaman : 420 Halaman


Pesantren seringkali di pandang sebelah mata. Banyak menyangka kehidupan dan pendidikan di dalamnya katrok alias jadul banget. Ya, itu memang benar jika hanya melihat dari luarnya saja, coba ketika telah masuk ke dalam kehidupan di dalamnya. Pasti akan menemukan aura yang beda dengan kehidupan luar pesantren.

Seperti kisah dalam novel karya Ahmad Fuadi ini, Negeri Lima Menara. Sebuah novel yang terinspirasi dari kisah nyata penulis, yang juga alumni dari Pondok Modern Gontor Ponorogo Jawa Timur, yang terkenal itu. Fuadi bercerita tentang Alif tokoh utama yang berasal dari Maninjau. Bukittinggi, Sumatera Barat, dan kelima teman yang berbeda daerah dengannya. Atang dari Bandung, Raja dari pinggiran Kota Medan, Baso dari Sulawesi, Said dari Surabaya, dan Dul Majid dari Madura. Mereka menjalin persahabatan di sebuah Pondok Pesantren Modern di daerah Ponorogo Jawa Timur yang oleh Fuadi dinamakan Pondok Madani.

Meskipun tidak ada hubungan saudara, mereka yang berasal dari beda tempat bisa menjadi bak saudara yang ada hubungan darah. Itu semua terjalin karena keadaan pondok yang mengkondisikan untuk mandiri dan hidup sederhana. Jadi, memang harus di sadari hidup itu bersosial, tidak bisa hidup sendiri. Dan mereka berenam adalah santri yang selalu bersama, kapan pun dan di mana pun. Dari awal masuk ke pondok, saat pertama kali mendapatkan iqob (hukuman) dari Mudabbir (pengurus), hingga hari-hari di Pondok Madani yang sarat dengan konskwensi hukuman yang bertujuan sebagai pendidikan.

Sampai pada suatu saat mereka mendapatkan tempat berkumpul yang nyaman, santai, serta tak bising jika di gunakan juga sebagai tempat belajar, bisa sambil tidur-tiduran dan terlentang yaitu di bawah menara di depan masjid Pondok Madani yang besar.
Oleh karena mereka sering berkumpul di bawah menara, akhirnya mereka mendapatkan julukan Sahibul Manara (Orang yang punya Menara). Mereka merasakan suka duka di Pondok Madani, kemudian saling mencurhatinya di bawah menara itu, tak hanya itu di bawah menara itu mereka pun menyampaikan mimpi dan cita-cita mereka masing-masing.

Suatu saat Sahibul Menara berkumpul, Alif mengimajinasikan awan-awan yang di atas yang ia lihat adalah awan yang menunjukkan peta Amerika, beda dengan Alif, Raja yang mengimajinasikan awan-awan itu membentuk peta Eropa, Baso dan Atang beda pula mengimajinasikannya,mereka melihat awan-awan itu membentuk peta Asia dan Timur Tengah, sedangkan Said dan Dulmajid tidak menggambarkan imajinasi mereka, mereka hanya menganggap awan-awan itu adalah Indonesia.

Begitulah mimipi-mimpi mereka, namun ternyata tidak mudah menjadi santri yang menuntut ilmu jauh dari orang-orang tercinta dan kampong halaman. Alif misalnya sebagai tokoh utama sekaligus pencerita, harus berusaha sekuat tenaga menahan keinginannya keluar dari pondok Madani, karena memang sejak awal tidak ada niatan untuk masuk Pondok Pesantren. Masuk ke pondok Madani adalah pilihannya ketika ia harus masuk MA (Madrasah Aliyah) setelah lulus dari sekolah agama (MTS) padahal keinginannya adalah masuk SMA, karena ia merasa cukup ilmu agama yang ia dapat, dan sekarang adalah waktunya mencari ilmu dunia, untuk mengejar citanya yaitu ingin menjadi The Next Habibi. Tapi, impian itu harus musnah, ketika Amak dan bapaknya menyuruhnya masuk sekolah agama lagi, akan tetapi ia memilih alternatif lain yaitu merantau jauh ke tanah jawa, tepatnya Ponorogo Jawa Timur, untuk menuntut ilmu. Jadi, intinya ia masuk Pondok Madani karena keterpaksaan.

Ketika tengah-tengah perjalanan hidup di Pondok Madani, Baso harus gugur dahulu. Karena ia harus mengurus neneknya yang tinggal sendiri. Tinggal berlima sahibul menara, di saat itu pula Alif harus berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri untuk tidak terpengaruh Baso untuk keluar dari Pondok Madani. Dan inilah ujian yang paling besar ketika Alif mendapatkan surat dari sahabat karibnya, Randai yang terlebih dahulu kuliah Universitas terkenal, ia kembali harus menahan diri agar tak berhenti di sini perjuangannya di Pondok Madani ini, karena waktu ia sudah mendekati finish kehidupan di Pondok Madani. Ia kembali menguatkan diri dengan mengingat betul kalimat yang pertama kali di pelajari saat masuk di Pondok Madani Man Jadda Wajada, yang kemudian ia beri nama Mantra Man Jadda Wa Jadda (Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan).
Maka ia pun memutuskan, untuk berjuang di Pondok Madani sampai hari kelulusan. Tekadnya telah bulat, dan akhirnya setelah lulus dari Pondok Madani ia mencapai cita-citanya untuk menginjakkan kaki di bumi Amerika. Begitupun teman-temannya Sahibul Manara pun mendapatkan cita-cita mereka. Selamat membuktikan ampuhnya mantra Man Jadda Wa Jadda.

Download File "Man Jadda Wajada" di sini


 

Rabu, 06 Oktober 2010

Ciri-Ciri Orang Jatuh Cinta (kepada Allah)

Saudaraku.... membicarakan tentang ciri-ciri orang yang jatuh cinta, rasanya cukup bagi kita mengambil referensi dari pemaparan Imam Ibnu al_Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya yang berjudul "Bercinta dengan Allah" (Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin) - Maghfirah Pustaka,2006.

Adapun ciri-ciri orang yang jatuh cinta (kepada Allah) menurut Ibnu al_Qayyim al-Jauziyyah adalah sebagai berikut:
  1. Matanya Selalu Memandang Sesuatu yang Dicintai; __ Pandangan ini menjadi ciri orang yang jatuh cinta, karena mata adalah pintu hati. Matalah yang mengungkapkan isi hati dan yang menyingkap rahasia yang ditutupinya.
  2. Menundukkan Pandangan Apabila Dipandang Sang Kekasih; __ Pandangan seseorang ditundukkan bila dilihat kekasihnya karena adanya perasaan segan, malu, dan hormat yang menyelimuti hati kepada sang kekasih.
  3. Selalu Ingat pada Sang Kekasih; __Seseorang yang mencintai kekasihnya, hati dan lisannya akan senantiasa menyebut dan mengingatnya.
  4. Mengikuti Kata Hati Sang Kekasih; __Seseorang akan mematuhi tutur kata kekasih yang ditujukan kepadanya dan lebih memprioritaskannya daripada keinginannya sendiri, bahkan boleh jadi keinginannya (tujuannya) akan selaras dengan keinginan kekasihnya.
  5. Memperhatikan Ucapan Sang Kekasih; __Seseorang yang Mencintai kekasihnya senantiasa memperhatikan secara seksama pembicaraan kekasihnya dengan memusatkan hati dan pendengaran kepadanya. Hatinya senantiasa tertambat pada kekasihnya.
  6. Mencintai Kediaman Sang Kekasih; __Bahkan sampai tempat kekasihnya berpijak. Mereka yang jatuh cinta rela berkorban demi mencapai tempat dimana kekasih berdiam dan mereka merasa nikmat menjalani perjalanan untuk sampai ke tempat sang kekasih.
  7. Segera Menghampiri Sang Kekasih; __Seseorang yang mencintai kekasihnya, dia akan menghampirinya, menyendiri bersamanya, menerobos segala rintangan yang menghalangi, menyingkirkan segala yang melalaikan dirinya dari sang kekasih, membenci segala yang menghalangi dan merintangi, merendahkan segala yang menimbulkan amarahnya, dan menyukai segala hal dicintainya meskipun menyulitkannya.
  8. Mencintai Orang-orang yang Dekat dengan Kekasih; __Seseorang yang mencintai kekasihnya, mencintai segala yang berhubungan dengan kekasihnya, seperti keluarganya, pekerjaannya, karyanya, wadahnya, makanannya dan pakaiannya.
  9. Perjalanan Menuju Sang Kekasih Terasa Ringan; __Seseorang yang mencintai kekasihnya akan merasa ringan ketika ia melakukan perjalanan guna mengunjunginya sekalipun itu sangat jauh. Kekasihnya seakan-akan ada di depan mata. Dan, dia merasa sangat jauh bila dia pulang menjauh darinya.
  10. Resah dan Gelisah Sirna Saat Mengunjungi Sang Kekasih; __Seorang pecinta akan merasa sangat gembira, senang, dan bahagia bila dirinya bersama kekasihnya, maka segala resah dan gelisahnya seketika itu pun sirna.
  11. Panik dan Terharu ketika Berjumpa dengan Sang Kekasih; __Ketika seseorang bertemu dengan kekasihnya atau mendengar perihalnya, dia kan merasa terharu, panik, dan bimbang, terutama bila dia melihatnya secara tiba-tiba.
  12. Cemburu terhadap Sang Kekasih; __Sikap cemburu seseorang untuk dan kepada kekasihnya adalah bukti bahwa dia mencintainya. Cemburu untuk kekasihnya adalah membenci sesuatu yang dibencinya. Selain itu, dia cemburu jika kekasihnya didzalimi, haknya dirampas, dan masalahnya diabaikan.
  13. Berkorban Demi Sang Kekasih; __
  14. Bergembira karena Sang Kekasih Bahagia; __ Seorang pecinta akan merasa senang bila kekasihnya bahagia, meskipun faktor yang membuatnya bahagia adalah sesuatu yang dia benci. Ketika itu, kebahagiaan sang kekasih telah berubah menjadi obat yang pahit untuknya. Secara alamiah dia tidak menyukai obat itu, tetapi dia mau meminumnya karena di dalamnya mengandung kesembuhan untuknya.
  15. Senang Menyendiri Bersama Sang Kekasih; __Tiada sesuatu yang lebih menyenangkan bagi seorang pecinta daripada menyendiri bersama sang kekasih. Dia akan sangat benci ketika ada orang lain yang datang nimbrung bersamanya.
  16. Merendahkan Diri di Hadapan Sang Kekasih; __Seorang pecinta tak akan pernah merasa hina dihadapan kekasihnya sebab dia merendahkan diri di hadapannya. Dia tidak menganggap sikapnya itu sebagai suatu aib, bahkan dia menganggap sebagai suatu kehormatan.
  17. Meninggalkan Semua yang Dibenci Sang Kekasih; __ Seorang pecinta alkan menjauhkan segala yang dibenci kekasihnya sebagai bukti bahwa dirinya mencintainya. Dia akan merasa senang dengan segala yang bisa mendekatkan dirinya kepada kekasihnya, dan hal itu dianggap baik olehnya jika bisa menyampaikan maksudnya pada sang kekasih. Cukup banyak di antara para pecinta meninggalkan makanan, pakaian, tempat tinggal, pekerjaan, atau segala hal yang dibenci kekasihnya meskipun dia menyukainya.
  18. Keselarasan antara Pecinta dengan Sang Kekasih; __Keselarasan merupakan bukti bahwa Pencinta mencintai kekasihnya;

Demikianlah beberapa ciri-ciri orang yang jatuh cinta yang dipaparkan oleh Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah. Sekiranya kita mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan keseharian kita sehubungan dengan Cinta kita kepada Allah, tentulah kita akan berada pada jalan menuju satu harapan akan menjadi "Kekasih Allah".

Download FIle "Ciri-Ciri Orang Jatuh CInta (Kepada Allah)" di sini

Bercinta dengan Allah



Kutipan Karya Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah
Judul asli: Raudhah al-Muhibbin
wa Nuzhah al-Musytaqin
Terbitan Maghfirah pustaka - 2006


Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan cinta sebagai cara demi memperoleh sesuatu yang dicintai; pondasi ketaatan dan ketundukan kepada-Nya sebagai bukti konkrit menuju cinta hakiki. Dia-lah yang telah menggerakkan jiwa dengan cinta menuju beragam kesempurnaan sebagai cambuk dan sugesti untuk mendapatkan cinta. Dia-lah yang telah menitipkan cinta pada langit dan bumi demi memperlihatkan kesempurnaan-Nya, yang berupa daya kekuatan menjadi tindakan nyata. Dia-lah yang telah mengobarkan, demi cinta, hasrat dan tekad yang bulat menuju cita-cita dan tujuan mulia.

Mahasuci Allah yang telah menyelimuti kalbu dengan cinta seperti yang DIa kehendaki berdasarkan kekuasaan-Nya. Dengan cinta, Dia telah menghidupkan segala sesuatu berkat hikmah-Nya. Dia yang telah menghiasi beragam cinta di antara para makhluk-Nya. Kemudian, Dia jadikan setiap yang dicintai menjadi belahan jiwa bagi yang mencintai, baik dia salah maupun benar. Dia-lah yang menjadikan seseorang, yang karena cinta-Nya, menjadi bahagia ataupun sengsara.

Mahasuci Allah yang telah menjadikan mereka yang mencintai-Nya, kitab-Nya dan Rasul-Nya lebih utama daripada para pencinta yang lainnya. Dengan dan karena cinta, langit dan bumi pun ada. Atas dasar cinta segala makhluk diciptakan. Setiap keinginan dapat menjadi kenyataan. Dengan Cinta, setiap insan mendapatkan apa pun yang ia inginkan serta terbebas dari berbagai rintangan dan kebinasaan. Cinta adalah jalan menuju sang pencipta. Hanya dengan cinta setiap insan memperoleh harapan. Dengan Cinta, seseorang akan mengenyam manisnya kehidupan dan keimanan, karena ia telah rela bahwa Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya, dan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul dan nabi Allah.

Tanda cinta seorang hamba kepada Allah adalah ketika dia takut akan ancaman api neraka. Sedangkan tanda cinta yang setingkat di atasnya adalah ketika seorang hamba mengharap kenikmatan syurga.

Akan tetapi, tahukah anda bahwa puncak dari segala derajat cinta adalah keinginan yang demikian menggebu untuk dapat selalu menghadirkan Allah di hati. Tekad kuat untuk selalu bersama syariat-Nya dalam segenap sisi kehidupan. Cinta yang melebihi segala cinta kepada sang kekasih, keluarga dan sanak saudara. Memosisikan Allah layaknya Sang Kekasih hati yang selalu berharap berjumpa dengan-Nya, mendekatkan diri pada-Nya dengan berbagai cara, dan rindu untuk merajut tali kasih serta berjumpa dengan-Nya.

Puncak dari segala urusan adalah cinta kepada Allah, berharap berjumpa dengan-Nya, mendekatkan diri pada-Nya dengan berbagai sarana, dan rindu untuk merajut tali kasih serta berjumpa dengan-Nya. Jika seorang hamba belum sampai pada tingkatan seperti itu, dia boleh berharap kepada surga dan kenikmatannya serta segala sesuatu yang Allah sediakan di dalamnya untuk para wali-Nya. Dan jika di dalam dirinya belum tertanam obsesi yang tinggi untuk mendapatkan hal tersebut, maka dia merasa takut kepada api neraka serta segala sesuatu yang telah Allah sediakan di dalamnya bagi siapa saja yang durhaka kepada-Nya.

Betapa indahnya bercinta dengan Allah, yang dengan cinta-Nya, seluruh isi bumi dan langit pun memuji-Nya.

untuk pemahaman yang lebih mendalam, segera miliki kitabnya.
Judul : Bercinta dengan Allah
Penulis : Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah
Penerbit : Maghfirah Pustaka

Download File "Bercinta dengan Allah" di sini

Minggu, 03 Oktober 2010

Cukuplah Engkau, Ya Allah!

sumber Kitab La-Tahzan - DR. 'Aidh Al Qarni _hal:1

{Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta pada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.} (QS. Ar-Rahman: 29)

Ketika laut bergemuruh, ombak menggunung, dan angin bertiup kencang menerjang, semua penumpang kapal akan panik dan menyeru: "Ya Allah!"

Ketika seseorang tersesat di tengah gurun pasir, kendaraan menyimpang jauh dari jalurnya, dan para kafilah bingung menentukan arah perjalanannya, mereka akan menyeru: "Ya Allah!"

Ketika musibah menimpa, bencana melanda, dan tragedi terjadi, mereka yang tertimpa akan selalu berseru: "Ya Allah!"

Ketika pintu-pintu permintaan telah tertutup, dan tabir-tabir permohonan digeraikan, orang-orang mendesah: "Ya Allah!"

Ketika semua cara tak mampu menyelesaikan, setiap jalan terasa menyempit, harapan terputus, dan semua jalan pintas membuntu, mereka pun menyeru: "Ya Allah!"

Ketika bumi terasa menyempit dikarenakan himpitan persoalan hidup, dan jiwa serasa tertekan oleh beban berat kehidupan yang harus Anda pikul, menyerulah:"Ya Allah!"

Kuingat Engkau saat alam begitu gelap gulita, dan wajah zaman berlumuran debu hitam Kusebut nama-Mu dengan lantang di saat fajar menjelang, dan fajar pun merekah seraya menebar senyuman indah Setiap ucapan baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang menetes penuh keikhlasan, dan semua keluhan yang menggundahgulanakan hati adalah hanya pantas ditujukan ke hadirat-Nya.

Setiap dini hari menjelang, tengadahkan kedua telapak tangan, julurkan lengan penuh harap, dan arahkan terus tatapan matamu ke arah-Nya untuk memohon pertolongan! Ketika lidah bergerak, tak lain hanya untuk menyebut, mengingat dan berdzikir dengan nama-Nya. Dengan begitu, hati akan tenang, jiwa akan damai, syaraf tak lagi menegang, dan iman kembali berkobar-kobar.

Demikianlah, dengan selalu menyebut nama-Nya, keyakinan akan semakin kokoh. Karena,

{Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya.} (QS. Asy-Syura: 19)


Download File "Cukuplah Engkau, Ya Allah!" di sini

Empat hal dari Imam Hasan Al Bashry

Suatu ketika, seorang laki-laki bertanya kepada Imam Hasan al-Bashry, "Apa rahasia kezuhudanmu di dunia ini, wahai Imam?'. Beliau menjawab, "ada 4 hal, yaitu:

Pertama, aku mengetahui bahwa rezeki itu tidak mungkin datang dengan sendirinya dari orang lain, lalu aku giat mencarinya sendiri.

Kedua, aku mengetahui bahwa ilmu itu juga tidak datang dengan sendirinya dari orang lain, karena itu aku giat menuntutnya sendiri.

Ketiga, aku mengetahui bahwa Allah selalu melihat setiap gerak-gerik aku, karena itu aku malu untuk melakukan maksiat kepada-Nya.

Keempat, aku mengetahui bahwa mati selalu menunggu, karena itu aku mempersiapkan segala bekal untuk menemui-Nya"

Saudaraku,.. empat hal yang diwasiatkan oleh Imam Hasan al-Bashry tersebut di atas merupakan pencerahan bagi kita selaku hamba Allah yang beriman kepada-Nya dan kepada Hari Akhir. Mari bersegera menuju jalan Allah SWT yang penuh rahmat dan maghfirah-Nya.