Minggu, 27 November 2011

Gelitik: Naskun dan Nasgor Ditinggal Nasdem


oleh Fuad Rumi pada 30 Juli 2011 jam 7:22

Naskun dan Nasgor hatinya sedih ditinggal Nasdem. Padahal belum berapa lama mereka berseia-sekata merakyat dan hanya melayani rakyat.

Naskun (nasi kuning) dan Nasgor (nasi goreng) tetap setia sebagai makanan rakyat, lalu Nasdem jadi ormas berkhidmat pada rakyat. Naskun dan Nasgor sesuai selera rakyat, harganya juga harga rakyat. Murah meriah gitu lho.

Merakyatnya Naskun bukan karena warnanya kuning. Begitu juga merakyatnya Nasgor bukan karena merah berlumur saus tomat. Keduanya merakyat karena memang benar-benar dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Rasanya juga sesuai selera rakyat, bukan sekedar diaku-akui sendiri. Memang rasa ndak pernah bohong ya?
Karena itu Naskun dan Nasgor tidak pernah ditinggalkan rakyat. Setiap hari didatangi dan dicari bila ia tidak ada.
Karena Nasdem adalah ormas, maka ia di harap juga memiliki filosofi kedua jenis makanan rakyat itu, hadir dari rakyat untuk rakyat.

Bisakah Nasdem mempertahankan dirinya juga hadir dari rakyat untuk rakyat dengan "ikhlas"?.
Sebagaimana "dicurigai" banyak orang sejak awal, akhirnya terjadilah yang memang sudah direncanakan oleh para penggagasnya, Nasdem berubah jadi parpol. Naskun dan Nasgor ditinggal Nasdem. Naskun dan Nasgor tetap bergelut dan berpihak untuk rakyat, sementara Nasdem terpaksa wait and see lagi lah dulu.

Apakah Nasdem sebagai parpol nanti benar-benar partai politik dari rakyat untuk rakyat? Apakah Nasdem benar-benar haqqul yakin dan ainul yakin berpihak untuk rakyat ? Tentu saja klaimnya ya.

Tapi berpihak untuk rakyat adalah klaim semua parpol. Semua parpol menyatakan dirinya berjuang untuk rakyat.  Walaupun dalam kenyataannya klaim tersebut kemudian diragukan bahkan banyak rakyat tidak lagi mempercayainya. Rakyat merasa mereka hanya diperlukan saat ada Pemilu atau Pilkada.  

Belum lagi kalau bicara korupsi. Semua parpol mengklaim diri sebagai partai bersih. Bahkan komitmennya menggebu-gebu memberantas korupsi ketika kampanye. Sementara di hadapan rakyat kenyataan berbicara lain. Tokoh parpol satu per satu terlibat kasus korupsi.

Lalu Nasdem bagaimana? Jawaban bijaknya ya itu tadi, terpaksa kita perpanjang waktu untuk tunggu dan lihat dulu. Biarlah Nasdem melakukan propaganda. Biarlah Nasdem berkampanye ketika Pemilu. Biarkan Nasdem berbuat untuk membuktikan dirinya. Tapi sudah masanya juga rakyat jangan lekas percaya dan jangan gampang lupa. Sepak terjang parpol lama diingat baik-baik. Sepak terjang parpol baru (yang orangnya orang lama juga), seperti Nasdem, harus dicermati seksama, sebelum menjatuhkan pilihan. Sudah masanya rakyat tidak terkecoh lagi dengan retorika dan penampilan parpol. Katanya pro rakyat tapi kursi juga yang jadi nomor satu. Katanya berjuang melawan korupsi, padahal koruptor muncul dari partainya sendiri.

Itulah cerita rakyat di negeri ini, Naskun dan Nasgor ditinggal Nasdem. Nazaruddin "bernyanyi" dari negeri seberang tentang koruptor di negerinya, bagai cendawan di musim hujan.   

----------------------------------------------------------------------------------------------------- 
Sumber:
Kolom Gelitik, Harian Fajar, Jumat 29 Juli 2011
http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150389996877925