Minggu, 27 November 2011

Gelitik: Cicak Wara'

oleh Fuad Rumi | pada 22 Juli 2011 | jam 8:55




Seekor cicak diam terpaku di dinding sebuah rumah. Beberapa nyamuk beterbangan tidak menggugah seleranya. Seekor nyamuk betina memberanikan diri semakin dekat sembari bertanya
.
“Hai cicak ganteng kenapa loyo sekali tampaknya, lapar ya?”
“Ya saya lapar nih. Sudah lama belum makan“, jawab sang cicak.
“Hah? Bukankah disekitarmu banyak nyamuk yang biasa kau mangsa? Apakah engkau kamu sakit gigi? Atau kamu patah hati?” Tanya nyamuk betina genit.
“ Tidak, aku tidak sakit. Aku ragu-ragu memakanmu.“
“Kenapa ragu cicak?, apa penyebabnya?, aku tidak mengerti" .
“Baiklah nyamuk, aku buka rahasia. Aku ragu dalam tubuhmu mengalir darah siapa.

Aku khawatir yang kau hisap darah koruptor. Aku tidak mau darahku bercampur unsur yang tidak halal“.
"Hah hebat sekali. Barusan aku ketemu cicak sepertimu. Biasanya cicak lain tanpa pandang bulu. Nyamuk berpenyakit pun dilahap. Habis berguru di mana kamu? He he kamu ini tergolong nyamuk sholeh. Manusia saja sudah jarang seperti kamu".
"Iya, benar katamu nyamuk. Padahal tadinya aku juga hanya belajar dari manusia. Kata mereka ada yang halal dan ada yang haram. Lalu ada pula yang tidak jelas halal atau haram, namanya syubhat".

"Wah super sekali, kau sudah jadi alim sekarang cicak. Kalau begitu aku mau panggil kau ustadz cicak deh, setuju ndak?".
"Ah tidak usah panggil aku ustadz. Aku hanya berguru pada manusia. Panggil saja aku cicak wara'.

"Cicak wara' ? Istilah apa pula itu? Aku semakin tidak mengerti".
"O ho ho tadi kan aku bilang ada sesuatu yang meragukan halal atau haramnya yang manusia sebut syubhat. Orang yang menjaga dirinya dari yang syubhat disebut wara'. Bagi orang wara', jangankan yang jelas-jelas haram, yang diragukan saja halal-haramnya dia jauhi".

"O begitu, aku mengerti sekarang. Itu sebabnya kau tidak mau memangsa aku ya? Sebab kau ragu aku baru saja mengisap darah koruptor? He he tapi cicak, kamu nanti bisa mati kelaparan kalau begini".

"Ah tidak lah. Aku tidak akan mati kelaparan hanya karena tidak makan yang haram dan syubhat. Bukankah Tuhan sudah menjamin rezeki seluruh mahluknya?".


-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Kolom Gelitik,
Harian Fajar, Jumat 22 Juli 2011
http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150381934302925